Wednesday, March 07, 2007

Kemarin Solok, Hari Ini Garuda

Baru saja berita duka dari Solok, Sumbar tiba di telinga kita. Gempa berkekuatan 5,8 skala Richter telah memporak-porandakan pemukiman warga dan juga menelan korban jiwa. Hingga kini pendataan jumlah korban jiwa masih terus dilakukan. Walaupun bupati solok telah mengklaim jumlah korban sebanyak 70 orang.

Musibah ini tentu saja kembali membuat bangsa Indonesia berduka. Presiden pun kembali menyampaikan rasa belasungkawanya atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita di solok. Padahal sebelumnya, beberapa hari yang lalu, NTT juga tertimpa musibah longsor, sehingga pemprov NTT dengan cepat meminta bantuan dari pemerintah pusat karena tidak sanggup menangani musibah yang menimpa daerahnya. Dan pemerintah pusat pun belum sepenuhnya memberi bantuan ke pemprov NTT, masih melalui berbagai pertimbangan.Benar-benar tragis ya.

Kejadian yang kemarin, kini sudah berlalu, walau haru masih ada di hati. Kan tetapi rangkaian cerita sedih belum berakhir. Sebab tadi pagi berita tidak mengenakkan datang lagi dari Yogyakarta. Pesawat Garuda yang berangkat dari Jakarta dengan tujuan Yogyakarta mengalami kecelakaan. Sehingga mengakibatkan terbakarnya seluruh bagian pesawat milik maskapai penerbangan nomor wahid di Indonesia itu. Puluhan penumpang pun ikut terbakar di dalamnya, karena tidak sempat menyelamatkan diri. Dan bahkan diantaranya terdapat 5 orang staf kedutaan besar Australia yang hendak menemani kunjungan Menlu Australia (baca: Alexander Downer) ke Yogyakarta.

Singkat kata, dengan terjadinya musibah ini, daftar peristiwa kecelakaan transportasi di Indonesia kini semakin bertambah panjang dan kembali mencoreng bidang perhubungan udara di Indonesia. Waduh pak Hatta Rajasa, gimana nih? Bukannya mau cari kambing hitam, tapi ini kan lingkup kerjanya bapak...Hiks..hiks...hiks...sedih nih.

Hingga tulisan ini saya post, saya masih belum tahu detail runutan kejadian pastinya mengenai Pesawat Garuda yang terbakar. Sebab tadi siang, saya pergi melayat anaknya dosen, Ibu Sri Widowati, yang meninggal karena sakit. Padahal anaknya masih berumur 9 tahun, kebayang kan gimana perasaan sang ibu. Tapi mudah-mudahan beliau segera berbahagia karena ternyata Allah SWT sudah sangat merindukan kehadiran si kecil di surgaNya. Dan begitu juga bagi para keluarga korban. Ada baiknya momen-momen seperti ini dijadikan media penempaan diri dalam kesabaran. Bukan untuk memelihara sedih yang berkepanjangan. Karena memang ini semua adalah suratan takdir dari yang Maha Pencipta.

Wassalam.

Arki Rifazka

1 comments:

Bakhrian said...

Saya juga prihatin... ada apa ini sebenarnya???? kenapa musibah begitu beruntun menimpa bangsa kita... :((

 
Design by Wordpress Theme | Blogger Templates | JCPenney